Wednesday, September 29, 2010

PECEL WADER MBAH WARNO, Sensasi Citarasa Pedesaan

Pemandangan khas pedesaan sekitar Gunung Sempu akan menemani perjalanan kuliner anda menuju warung Pecel Mbah Warno. Sebelumnya, anda harus melewati satu lokasi bersejarah di Jogja, yaitu Pabrik Gula Madukismo. Warung Mbah Warno terletak persis di pinggir jalan Gunung Sempu. Hanya dengan mengandalkan spanduk nama warung berukuran 5x1meter terkadang anda terlewatkan untuk melihat warung Mbah Warno.

Hidangan yang di sajikan Mbah Warno yaitu pecel dengan beragam lauk sebagai pengiringnya. Mulai dari lele, belut goreng kering, wader, tahu bacem, mangut belut (belut bersantan yang dibumbui cabai), hingga bakmi goreng. Dengan penyajian yang sangat cepat, kita dapat langsung bersantap tanpa harus menunggu lama.

Sajian berupa pecel wader dan belut menjadi menu andalan dari warung Mbah Warno. Di sajikan lengkap dengan nasi putih, sayur mayur layak nya pecel dan bumbu pecel yang di siram di seluruh hidangan, terasa sangat memuaskan selera.

Harga yang di tawarkan oleh mbah warno tergolong murah, hanya dengan Rp. 15.000 anda dapat merasakan wader, lele, dan belut buatan mbah warno, dengan sambel pecel yang gurih dan sayuran segar. Begitu pula dengan hidangan minuman yang ada, mulai dari es teh, es jeruk, kopi di jual dengan harga yang murah.

Salah satu hal yang paling menyenangkan ketika makan di warung ini adalah percakapan dengan Mbah warno. Perempuan renta ini masih lancar melayani dan bersenda gurau dengan pengunjung meski usianya sudah 95 tahun.

Mbah Warno telah membuka warungnya sejak 35 tahun silam. Di sebuah rumah bergaya khas Jawa sederhana dengan luas hanya sekitar 10x20meter, Mbah Warno menjalankan usahanya. Ketika wilayah Bantul masih cenderung sangat sepi untuk di kunjungi, Mbah Warno sudah memulai bisnis ini. Dengan sistem bisnis keluarga, banyak warga sekitar yang membeli hidangan di warung Mbah Warno dan hingga sekarang tidak lagi hanya warga sekitar warung Mbah Warno, akan tetapi banyak pengunjung dari wilayah Jogja dan luar Jogja yang mencoba sensasi wader belut Mbah Warno.

Di belakang meja tempat meletakkan dagangannya, terdapat dapur berisikan beberapa anglo yang selalu mengepulkan asap. Alat-alat dan penataan ruang di warung Mbah Warno sangat lah sederhana, semua hanya berbasiskan fungsi saja, baik untuk tamu mau pun untuk kebutuhan warung. Meja makan yang diisi dengan empat bangku, kendi jawa untuk air minum tamu, dan anglo untuk memanaskan makanan.

Sebuah posisi yang tak disengaja sebenarnya, sebab dapur dalam konsep Jawa biasanya terletak di bagian belakang. Mbah Warno meletakkan dapur di bagian depan warung pasca gempa Mei 2006 yang meruntuhkan bangunan rumahnya. "Belum punya uang untuk membangun dapur baru", ujarnya.

Redaksi www.tourjogja.com

Lihat Peta.





  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP