Tuesday, October 5, 2010

GUA MARIA LAWANGSIH, Gua Alami nan Eksotis di Pegunungan Menoreh

Gua Maria Lawangsih, meskipun baru diresmikan dua tahun lalu popularitasnya tak kalah dengan Gua Maria Sendangsono atau pun Gua Tritis.

Setelah menempuh perjalanan arah barat sekitar satu jam dari pusat kota Yogyakarta, akhirnya bertemu juga dengan penunjuk arah pertama bertulis : Gua Maria Lawangsih di perempatan Nanggulan, Kulon Progo.

Setelah perempatan Nanggulan, perjalanan menuju Gua Maria Lawangsih penuh dengan jalan berkelok serta naik turun khas pegunungan lengkap dengan jurang curam di sisi kanan dan kiri jalan. Tak salah jika anda mempersiapkan stamina kendaraan sebelum berkunjung ke tempat ini karena tanjakan 45' siap menghadang perjalanan.

Keinginan kami untuk sampai ke lokasi Gua Maria Lawangsih akhirnya tercapai setelah harus membaca puluhan penunjuk arah. Lawangsih, gua Maria yang berlokasi di tengah Pegunungan Menoreh, tepatnya di dusun Patih Ombo, Desa Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, sekitar 40 kilometer arah barat dari pusat kota Yogyakarta.

Nama Lawangsih sangat lekat dengan nuansa Jawa, karena memang diadopsi dari Bahasa Jawa. Lawang berarti pintu atau gerbang, dan asih atau sih berarti cinta, berkat atau kasih sayang. Lawangsih berarti pintu surga yang penuh berkat.

Gua Maria Lawangsih jauh dari kesan modern karena gua ini memang alami. Awalnya, gua ini menjadi sarang puluhan koloni kelelawar sehingga tak jarang para petani setempat berburu kelelawar. Lantas tahun 2008, gua ini disulap menjadi tempat sakral untuk melayani para peziarah.

Kagum, begitu ungkapan paling tepat mewakili keindahan gua dengan hiasan stalagmit dan stalagtit serta gemericik air sungai bawah tanah yang mengalir menembus gua. Memasuki kawasan gua, berdiri tegak sebuah patung Bunda Maria yang memiliki tinggi sekitar dua meter menemani setiap peziarah yang datang.

Belum habis menikmati pesona gua maria di bagian luar, mata tertuju ke sisi kanan gua. Gua “Panti Semedi” terlihat lebih masuk ke dalam kira-kira 15 meter. Memasuki bibir gua, Anda kembali disuguhi pemandangan stalaktit yang eksotis. Gumpalan stalaktit di atap gua sesekali menetes dan terkadang jatuh mengenai kepala anda. Suasana khas pedesaan yang asri dan tenang ini memang sangat cocok untuk melakukan sembahyang bagi peziarah.


Caecilia Novi Rahayu





  © Blogger templates Newspaper III by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP